KERTAS SENI DARI DAUN RONTAL

INDIGINASI SENI DALAM ILMU DAN TEKNOLOGI
KERTAS DARI DAUN RONTAL SEBAGAI PRODUK SENI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING PARIWISATA
DI DESA KUBU, KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM, BALI

Oleh.
I Wayan Madiya dan I Kadek Sastrawan
Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Undiksha



Latar Belakang

Pohon rontal (Borassus flabellifer) adalah jenis tanaman yang banyak hidup dan dikembangkan di daerah tropis atau daerah kering yang biasanya hidup di daerah pesisir pantai sampai dataran tinggi.Tanaman rontal ini tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Bali sudah sangat melegenda. Hal ini disebabkan karena daun tanaman ini dipergunakan sebagai suatu alat tulis seperti halnya kertas yang biasa digunakan oleh para leluhur masyarakat Bali untuk menulis sejarah (badbad) , kitab suci, dan sastra yang dikenal dengan nama Lontar (cakepan n’tal). Tanaman ini memang memiliki daya guna (manfaat) yang sangat banyak , mulai dari batang, daun, buah, tandan bunga(dalam bahasa Bali disebut puji), Pelepah (tangkai daun), serta akar.
Batang tanaman rontal ini dapat diolah menjadi balok kayu (susuh) sebagai bahan bangunan. Daunnya digunakan untuk membuat kerajinan tangan berupa anyaman atau hiasan lain yang mempunyai nilai seni tinggi,yang paling penting bagi masyarakat Bali (Hindu) adalah nilai religiusnya . Karena digunakan sebagai bahan baku membuat kelengkapan upacara agama seperti canang, tamas, tamyang dan lain-lain serta untuk kerajinan seni seperti pajegan hias, dapat juga digunakan sebagai atap rumah. Buahnya bisa langsung dimakan atau dimanfaatkan sebagai pakan ternak, tandan bunga  selain digunakan obat pegal linu, lebih sering disadap untuk diambil air niranya(tuak), yang merupakan bahan baku pembuatan gula merah serta minuman beralkohol seperti tuak dan arak. Pelepahnya bisa digunakan sebagai kandang tradisional (ternak) dan lapisan kulit luar (mengandung lignin)
digunakan sebagai produk kerajinan seperti keranjang, dan bakul. Sabut buah rontal biasanya digunakan sebagai pewangi dalam pembuatan kue. Akan tetapi, sedikit sekali warga yang melihat peluang ini untuk mengembangkannya.
Salah satu daerah yang mempunyai jumlah penyebaran tanaman rontal adalah di Desa Kubu, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali. Dari nama salah satu dusun di desa tersebut yaitu Desa Kubu, yang di dalamnya mengandung kata n’tal (bahasa Jawa) yang berarti pohon rontal , ternyata daerah ini banyak memiliki tanaman rontal yang tersebar merata. Dengan jumlah tanaman rontal yang cukup banyak, seharusnya masyarakat di daerah ini mampu memanfaatkan dengan optimal. Namun kenyataannya masih banyak pohon rontal yang kurang dimanfaatkan secara optimal, misalnya daun rontal yang dimanfaatkan untuk kerajinan tangan atau hiasan lain belum mampu menembus pasar bebas dan hanya berkembang di daerah lokal saja, karena kualitas dari produk tersebut masih rendah dan pemanfaatannya masih sederhana. Padahal masih banyak kegunaannya yang mungkin dikembangkan oleh masyarakat setempat  sebagai produk seni yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai ekonomis untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik dan terketuk untuk menulis sekaligus memberikan alternatif tentang cara pembuatan kertas dari daun rontal sebagai produk seni untuk meningkatkan daya saing pariwisata di Desa Kubu sebagai pendukung objek wisata di Kecamatan Kubu (seperti objek wisata Tulamben dan sekitarnya). Daun rontal memiliki kandungan selulosa yang tidak kalah banyak dengan pohon pinus yang digunakan sebagai bahan baku kertas, sehingga daun rontal juga bisa digunakan sebagai bahan baku membuat kertas.
Mengapa harus daun rontal?, karena berdasarkan beberapa pertimbangan diantaranya daun rontal bisa diambil dari pohonnya tanpa menebang pohonnya sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga (ramah lingkungan), biaya yang dibutuhkan dalam memproses daun rontal menjadi kertas lebih murah daripada bahan baku kertas dari pohon pinus, keberadaan pohon rontal yang cukup banyak di Desa Kubu. Pembuatan kertas dari pohon pinus ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu lingkungan menjadi rusak dan ekosistem di habitat tersebut banyak yang punah, walaupun dilakukan penghijauan (reboisasi) ini akan membutuhkan waktu lama (puluhan tahun) untuk memperoleh pohon pinus yang siap panen. Oleh karena itu, penulis mencoba mencarikan alternatif bahan baku kertas yang tetap ramah lingkungan dimana lingkungan tetap lestari sehingga pariwisata sebagai salah satu aset daerah di Kecamatan Kubu tetap terlindungi. Produk kertas dari daun rontal ini bisa dalam bentuk kertas biasa maupun kertas seni. Kertas seni yang dimaksud berupa album,lukisan, dan produk seni lainnya yang nantinya di pasarkan di daerah pariwisata baik lokal maupun luar daerah atau bahkan ke luar negeri sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Kubu dan sekitarnya.

Komentar