KURIKULUM MODEL SISTEMIK

PENGEMBANGAN KURIKULUM MODEL SISTEMIK

Oleh:
NI LUH PUTU SUARSANI
I WAYAN MADIYA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan dimanapun tidak lepas dari peranan kurikulum di dalamnya. Kurikulum merupakan bagian yang mendukung keberhasilan pendidikan di suatu instansi pendidikan. Berdasarkan pandangan para ahli kurikulum, kurikulum dapat ditinjau menjadi empat penggolongan, yaitu
kurikulum dapat dipandang sebagai produk, program, hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa (pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu), serta dapat dipandang sebagai pengalaman siswa. Dengan demikian, kurikulum dapat dimaknai dengan sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan, biasanya bersifat idea, misalnya suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk. Kurikulum ini lazim mengandung harapan-harapan yang sering berbunyi muluk-muluk. Sementara, hal-hal yang dapat diwujudkan dalam kenyataan disebut kurikulum yang real.
Kurikulum memiliki sifat yang selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dari faktor-faktor yang mendasarinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara fundamental apabila suatu negara beralih dari negara yang dijajah menjadi negara yang merdeka. Dengan demikian, maka kurikulum pun harus mengalami perubahan yang menyeluruh.
Kurikulum juga dapat mengalami perubahan jika mendapat penekanan dalam tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, pada tahun 30-an golongan progresif di USA memberikan penekanan kurikulum pada anak, sehingga kurikulum mengarah pada child-centered curriculum. Hal ini terjadi akibat reaksi terhadap subject-centered curriculum yang dianggap terlalu bersifat adult dan society-centered. Selain itu, pada tahun 40-an (dampak perang), asas masyarakatlah yang diutamakan, sehingga kurikulum menjadi lebih society-centered. Pada tahun 50-an dan 60-an, sebagai akibat Sputnik yang menyadarkan Amerika Serikat akan ketinggalan dalam ilmu pengetahuan, sehingga para pendidik cenderung menerapkan kurikulum yang disipline-centered yang mirip dengan subject-centered curriculum (Nasution, 2008).
Berdasarkan contoh perkembangan kurikulum di Amerika Serikat tersebut, dapat diamati bahwa orang seakan-akan kembali kepada keadaan awal (titik tolak semula). Dengan kata lain, perkembangan kurikulum seperti spiral, tidak sebagai lingkaran. Jadi, kurikulum tidak kembali kepada yang lama, tetapi pada suatu titik di atas yang lama.
Kurikulum dapat pula mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai proses belajar, sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum, seperti activity atau experience curriculum, programmed instruction, pengajaran modul, dan sebagainya. Disamping itu, perubahan dalam masyarakat, eksplosi ilmu pengetahuan, dan lain-lain mengharuskan adanya perubahan kurikulum. Perubahan-perubahan itu menyebabkan kurikulum yang berlaku tidak lagi relevan, dan ancaman serupa ini akan senantiasa dihadapi oleh setiap kurikulum, betapa pun sempurna dan relevannya kurikulum itu pada zamannya. Oleh karena itu, perubahan kurikulum merupakan hal yang biasa. Malahan mempertahankan kurikulum yang ada akan merugikan anak-anak dan fungsi kurikulum tersebu (Nasution, 2008).

Komentar